Berbagi Inspirasi: The Power of Android Smartphone

Berbagi Inspirasi: The Power of Android Smartphone – Android, siapa yang tidak kenal operating system besutan Google yang satu ini. Pertama kali diluncurkan September 23, 2008 yang bertepatan dengan tanggal kelahiran saya tapi belum resmi rilis publik tetapi distribusi secara global pada Desember 2009, yang hingga kini Android menjadi “The Most Popular Mobile Operating System In The World” dengan global market-share mencapai 73% per Agustus 2021.

My First Smartphone (Android Donut to Gingerbread)

Pertama kali saya membeli smartphone Android di tahun 2011. Dengan spesifikasi dewa di tahun itu, Sony Ericsson Xperia X10 adalah smartphone Android yang pertama kali saya miliki dibumbui dengan:

ProcessorSnapdragon 1GHz
RAM384MB
Storage8 GB
Camera8 MP
Display4″ TFT
Battery1500 maH
Sony Ericsson Xperia X10

merupakan smarthphone kelas premium yang dibandrol dengan harga 4,999K IDR dikala itu. Bekerja dengan OS Android 1.6 Donut, performa yang bisa dibilang masih dibawah rata-rata. Sekitar 1.5 bulan menggunakan Donut akhirnya rilis Android 2.3 (Gingerbread). Dari sini memang banyak perubahan yang signifikan mulai performa, UI yang ringan, tapi penggunaan battery sangat masih tetap boros.

Bertahan menggunakan smartphone pada umumnya sampai garansi habis baru saya beranikan diri untuk melakukan rooting. Inilah jaman dimana oprek-able Android smartphone mulai saya sukai, custom ROM, custom kernel, Busybox, Titanium backup, seingat saya itu jika kita ingin memodifikasi smartphone kita. Saya juga pernah menjadi dokter oprek Android di tahun tersebut membangun komunitas Android Malang dan sering melakukan gathering, sharing informasi dan mengedukasi “How Android Phone Works”.

Di jaman itu juga masih sedikit sekali user android, jaman dimana jayanya Blackberry, tidak sedikit teman saya yang masih menggunakan BBM (Blackberry Messenger) sebagai platform utama untuk chatting. Sampai akhirnya BBM keluar pada platform Android, dan mulailah bertambah orang menggunakan Android saat itu dengan alasan “ada BBMnya juga”.

Berjalannya waktu device Sony Ericsson Xperia X10 saya tidak lagi nyaman digunakan karena battery yang begitu boros, sampai akhirnya saya minimalisir aplikasi yang bekerja di background, dan tentunya menghapus bloatware, dan banyak aplikasi yang mulai update dengan versi terbaru dan tentunya fitur bertambah, size aplikasi bertambah. Akhirnya saya putuskan untuk membeli device baru, kembali ke Sony karena saya memang suka dengan produk-produk Sony.

My Second Smartphone (Jellybean to Lollipop)

Sony Xperia Z Ultra, sudah tidak ada Ericsson lagi karena merk Sony Ericsson sudah penuh diakuisisi Sony. Karena teknologi terus berkembang maka mulai dari sisi hardware, firmware, software pendukung juga bertambah canggih tentunya. Bermain games tidak ada lag lagi, grafis pada games semakin apik, dan fungsionalitas smartphone itu sendiri.

Tapi disinilah saya mengalami “my brain was downgraded”, karena device yang lumayan mumpuni, beberapa judul games baru dengan grafis yang apik juga bermunculan dan addicting karena mengejar ketertinggalan didalam games tersebut. Clash of Clan, Clash of Kings, Clash Royale judul-judul epic yang mampu menguras dompet saya tentunya. Dan terlena karena ke-asikan bermain games selama bertahun-tahun menggunakan smartphone.

Tidak ada produktivitas selain pekerjaan kantor yang berhubungan dengan smartphone, bertahun-tahun saya habiskan waktu bekerja – pulang kerja – makan – ngegames karena load pekerjaan yang semakin hari semakin banyak membuat lelah dan butuh hiburan dengan bermain games. Tidak hanya bermain games di smartphone saja, saya juga menjadi gamer di PC. Menamatkan banyak judul games di PC Call of Duty, Resident Evil, The Witcher, DOTA, Dragon Age dan banyak judul lainnya.

Alhasil hanya sebatas hiburan tanpa ada olahraga otak, dan smartphone pun mulai tidak bisa digunakan karena IC charger jebol dan harus mengganti dan butuh waktu. Saya membeli smartphone kembali karena sifatnya urgent berhubungan dengan pekerjaan saya membeli Xiami Redmi Note 5 Pro.

My Third Smartphone (Nougat)

Lagi dan lagi dunia gaming membuat saya tidak terkontrol karena games besutan moonton yang sukses apalagi kalau bukan Mobile Legend. Tidak hanya teman saja, bahkan hampir semua karyawan di kantor saya memainkan games ini. Naas atau apes pun terjadi saat hujan mulai turun dan posisi saya kerja dinas di luar kota. PC dirumah pun rusak. Terkena air hujan yang bocor dari atap rumah.

Saya mencoba berspekulasi dengan mengganti hardware PC tidak terjadi apa-apa dan lancar. Alhasil karena motherboard tahun 2012 harus membeli barang second, terpaksa saya harus membelinya dan lagi-lagi bermasalah PC tidak mau booting, saya coba konsultasikan secara online di forum-forum dan membawa langsung ke tempat service PC dan memang sudah waktunya untuk mengganti dengan PC baru. Apalagi di tahun tersebut menggilanya harga VGA card karena dominasi mining crypto.

CPUIntel Core i5 3570k 4.2GHz (OCed)
RAM8 GB
MotherboardAsRock Z77
GPUNVidia GTX 980
SSD256 GB for gaming only
OSWin 10 Pro x Ubuntu
Lebih dari cukup bermain rata tengah, kadang rata kanan beberapa judul di resolusi 1080p di tahun 2018

Saya tidak memiliki PC lagi, seperti putus harapan saya untuk membangun PC kembali selain harganya sangat tidak wajar. Perkiraan untuk membangun PC gaming sekitar 20 juta hanya PC saja. Begitulah akhirnya saya hanya berinteraksi dengan smartphone saja tanpa adanya PC/Laptop. Hanya bertahan 1 tahun saja untuk menggunakan Redmi Note 5 Pro karena beberapa judul games smartphone besutan Netease ini sukses menarik perhatian saya. Salah satu judulnya Identity V, bukan smarthphone biasa untuk biasa memainkan games ini. Walaupun dengan pengaturan grafis rata kiri pun juga sama hasilnya Redmi Note 5 Pro bukan device yang tepat. Sambil menabung dan melirik beberapa merk HP selama 4 bulan lebih untuk melihat review, harga pasar, performa device, pilihan saya jatuh pada ASUS ROG Phone II.

My Current Smartphone (Android 10)

Persiapan melirik sebelum meminang sebuah smarthphone high-end memang menjadi kebiasaan saya, kecuali saat urgent tanpa persiapan apa-apa yang jatuh pada Redmi Note 5 Pro demi kelancaran aktivitas pekerjaan kantor. Saya seorang yang suka memperhitungkan dan memprediksi terlebih dahulu price/performance dan berapa lama device tersebut bertahan dengan melihat aspek kapan support terakhir OS, kapan android versi terbaru rilis, perkiraan dengan hardware seperti saat ini mampu bertahan berapa tahun kedepan.

Saya memang tidak suka ganti-ganti smartphone setiap tahun, lebih prefer membeli highend smartphone untuk 2-3 tahun kedepan dan jika masih mengimbangi dengan teknologi disaat tersebut maka tidak perlu mengganti dengan device baru. Balik lagi pada kebutuhan saya kenapa mengganti smartphone hanya untuk bermain games dengan setting grafis rata kanan menjadi tujuan utama saya meminang ASUS ROG Phone 2 di tahun 2020.

Lagi lagi netease sebagai developer games memikat saya dengan judul games LifeAfter. Awal bermain games ini serasa overkill dengan ROG2, bertambahnya waktu mulai merasakan FPS drop. Bukan karena device tidak mampu karena pihak developer dapat mengoptimalkan engine pada games LifeAfter, bahkan salah satu youtuber LifeAfter menggunakan PC dengan spek high-end pun terjadi lag layaknya bottleneck.

Dan karena games ini memang benar-benar bagus awalnya, tapi makin hari makin terlihat sebagai games yang di cap “Pay 2 Win” karena membutuhkan tidak sedikit kucuran dompet untuk mendapatkan / membuat karakter spektakuler di games LifeAfter.

My Life Changed

Keseharian bermain games LifeAfter hanya sebatas kepuasan hiburan selepas pulang kerja. Mulai bosan dengan keluhan lag pada games membuat enggan bermain games, dan awal tahun 2021 hiburan yang sama setiap tahun yaitu ajang kompetisi bernyanyi Indonesian Idol, tidak pernah lepas saya untuk menonton setiap kelucuan dan keunikan skill bernyanyi para kontestan.

Tapi pada tahun ini memang berbeda, ada seorang kontestan yang memikat saya dan menjadi fans yang tergabung dengan fanbase dalam group telegram. Di dalam group telegram ini banyak sekali informasi yang kurang up to date, sehingga saya mulai berfikir bagaimana membuat terobosan untuk membuat bot.

Inilah titik balik saya menjadi programmer dadakan, dimana titik inilah saya bangkit selama ini hanya pergunakan fungsionalitas smartphone hanya sebatas tools kerja dan bermain games ataupun sosmed.

Dalam hati dan pikiran saya “Let this brain works, can I make this bot?”, referensi dari berbagai sumber, apa yang perlu saya pelajari, bahasa pemrograman apa yang saya harus pelajari, bagaimana bot tersebut bekerja. Akhirnya salah satu bahasa pemrograman baru yang belum sama sekali pernah saya sentuh yaitu Python.

Bot pun akhirnya berhasil saya buat dan bekerja normal selama 2 bulan lebih. Dari pembuatan bot tersebut saya banyak belajar hal baru yang selama ini tertidur. Bagaimana mungkin hanya sebuah smarthphone bisa membuat bot? Dan ternyata bisa, dan itu merupakan hal baru yang positif bagi diri saya. Terlepas dari pembuatan bot, saya mempelajari server karena bot membutuhkan server untuk berfungsi. Saya mulai belajar python hosting, virtual private server, pembuatan website tanpa adanya PC/Laptop.

Kesimpulan: I can do almost anything

Dan dari semua tulisan saya, baik pembuatan website, pembuatan bot, pembuatan virtual server, pengaturan server, testing RestAPI, maupun konten didalam website ini menggunakan full 100% android smartphone. Inilah kenapa saya membuat tulisan panjang yang mungkin bisa menjadi inspirasi banyak pembaca yang mungkin hanya memiliki keterbatas device.

Banyak sekali saya temukan dalam forum/group menanyakan:

  • Apakah bisa dengan modal smartphone saja untuk programming?
  • Saya tidak punya pc/laptop apa yang bisa saya lakukan dengan smartphone?
  • Saya tidak memiliki dana untuk membeli laptop, bagaimana implementasi programming dengan smartphone?

Saya bukan lulusan TI atau sejenis dengan bidang tersebut, tapi saya suka dengan teknologi dan bahasan Teknologi Informasi.

Untuk para pembaca yang mungkin banyak mengeluh bagaimana atau seperti apa jika tidak memiliki laptop/PC, tidak perlu berkecil hati. Gunakan kemampuan yang luar biasa dari android smartphone. Apalagi di jaman pandemi seperti ini yang berdampak pada ekonomi global, mungkin banyak lulusan SMA yang mau masuk perguruan tinggi, atau masuk SMK mengambil jurusan komputer, tidak perlu memaksakan apa yang kita mau kepada orang tua kita jika memang terkendala finansial.

Jujur saya agak miris melihat beberapa orang sombong dimana anti koding karena menggunakan smartphone dengan banyak alasan, kurang nyaman atau apa. Padahal mereka masih meminta ke orang tua mereka, tapi orang tua mereka sudah susah mencarikan dana karena dampak menurunnya ekonomi untuk membeli laptop demi gengsi karena tidak memiliki laptop, dan berujung dengan pinjam dana kesana kemari entah itu pinjol atau dari mana.

Jika memiliki laptop/PC manfaatkan sebaik-baiknya dan jangan sia-siakan bonus tersebut. Karena banyak sekali saudara kita yang memiliki kemampuan/skill diatas rata-rata tapi tidak ada support tersebut.

Malang, 11 Oktober 2021

Bersyukur dengan apa yang ada saat ini, tidak perlu malu dengan kekurangan kita, tinggalkan ego/gengsi dan terus belajar dengan apa yang ada saat ini

Be productive and positive

Bagus Judistirah

Tinggalkan komentar